Minggu, 22 Juli 2012

Menyingkap Rahasia Alam Semesta




Menyingkap Rahasia Alam Semesta

Harun Yahya

Harun Yahya

KEMAMPUAN MEMAHAMI AYAT-AYAT ALLAH



Dan katakanlah, “Segala puji bagi Allah, dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan.”
(QS. An-Naml: 93)



Masyarakat zaman sekarang memperlakukan Al-Qur'an berbeda sama sekali dengan tujuan penurunan Al-Qur'an sebenarnya. Di dunia Islam secara umum, sedikit sekali orang yang mengetahui isi Al-Qur'an.

Sebagian di antara mereka sering menyampul Al-Qur'an dengan bagus dan menggantungnya pada dinding rumah, dan orang-orang tua membacanya sekali-sekali. Mereka beranggapan bahwa Al-Qur'an melindungi pembacanya dari “kemalangan dan kesengsaraan”. Menurut kepercayaan ini, Al-Qur'an dianggap semacam jimat penangkal bala.

Padahal, ayat-ayat Al-Qur'an menyatakan bahwa tujuan Al-Qur'an diwahyukan sama sekali berbeda dengan yang tersebut di atas. Misalnya, dalam surat Ibrahim ayat ke-52, Allah menyatakan;

“(Al-Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Ilah Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.”



Dalam banyak ayat lain, Allah menegaskan bahwa salah satu tujuan utama diturunkannya Al-Qur'an adalah untuk mengajak manusia bertafakur. Dalam Al-Qur'an, Allah mengajak manusia agar tidak mengikuti secara buta kepercayaan dan norma-norma yang diajarkan masyarakat, agar merenung dengan terlebih dahulu menyingkirkan segala prasangka, hal tabu, dan batasan yang ada dalam pikiran mereka.

Manusia harus memikirkan bagaimana ia menjadi ada, apa tujuan hidupnya, mengapa ia akan mati, dan apa yang terjadi setelah kematian. Ia hendaknya mempertanyakan bagaimana dirinya dan seluruh alam semesta ini menjadi ada dan bagaimana keduanya terus-menerus ada. Selagi melakukan hal ini, ia harus membebaskan dirinya dari segala ikatan dan prasangka.

Jika seseorang berpikir—dengan membebaskan akal dan nuraninya dari segala ikatan sosial, ideologis, dan psikologis—pada akhirnya ia akan merasakan bahwa seluruh alam semesta, termasuk dirinya, telah diciptakan oleh sebuah kekuatan Yang Mahatinggi. Bahkan ketika mengamati tubuhnya sendiri atau segala sesuatu di alam, ia akan melihat adanya keserasian, perencanaan, dan kebijaksanaan dalam perancangannya.

Al-Qur'an memberikan petunjuk kepada manusia dalam masalah ini. Dalam Al-Qur'an, Allah memberitahukan apa yang hendaknya kita renungkan dan kita amati. Dengan cara perenungan yang diajarkan dalam Al-Qur'an, seseorang yang beriman kepada Allah akan dapat lebih baik merasakan kesempurnaan, hikmah abadi, ilmu, dan kekuasaan Allah dalam ciptaan-Nya. Jika seorang beriman mulai berpikir sesuai dengan cara-cara yang diajarkan dalam Al Quran, ia pun segera menyadari bahwa seluruh alam semesta adalah sebuah tanda karya seni dan kekuasaan Allah, dan bahwa “alam semesta adalah karya seni, dan bukan pencipta karya seni itu sendiri.” Setiap karya seni memperlihatkan keahlian pembuatnya yang khas dan unik, serta menyampaikan pesan-pesannya.

Dalam Al-Qur'an, manusia diseru untuk merenungi berbagai kejadian dan benda alam, yang dengan jelas memberikan kesaksian akan keberadaan dan keesaan Allah beserta sifat-sifat-Nya. Dalam Al-Qur'an, segala sesuatu yang memberikan kesaksian ini disebut “tanda-tanda”, yang berarti “bukti yang teruji kebenarannya, pengetahuan mutlak, dan pernyataan kebenaran.” Jadi, tanda-tanda kebesaran Allah terdiri atas segala sesuatu di alam semesta ini yang memperlihatkan dan menyampaikan keberadaan dan sifat-sifat Allah. Orang-orang yang dapat mengamati dan senantiasa ingat akan hal ini akan memahami bahwa seluruh jagat raya tersusun hanya dari tanda-tanda kebesaran Allah.

Sungguh, adalah kewajiban bagi manusia untuk dapat melihat tanda-tanda kebesaran Allah…. Dengan demikian, orang tersebut akan mengenal Sang Pencipta yang menciptakan dirinya dan segala sesuatu yang lain, menjadi lebih dekat kepada-Nya, menemukan makna keberadaan dan hidupnya, dan menjadi orang yang beruntung dunia dan akhirat.

Buku ini tidak akan mampu memuat semua tanda kebesaran Allah yang tak terhitung jumlahnya, tidak juga buku yang lain. Segala sesuatu, tarikan napas manusia, perkembangan politik dan sosial, keserasian kosmis di alam semesta, atom yang merupakan materi terkecil, semuanya adalah tanda-tanda kebesaran Allah, dan semuanya berjalan di bawah kendali dan pengetahuan-Nya, menaati hukum-hukum-Nya. Menemukan dan mengenal tanda-tanda (ayat-ayat) Allah memerlukan upaya pribadi. Setiap orang akan menemukan dan memahami ayat-ayat Allah sesuai dengan tingkat pemahaman dan nalarnya masing-masing.

Tentu saja, ada panduan yang mungkin membantu. Pertama-tama, orang dapat mempelajari pokok-pokok tertentu yang ditekankan dalam Al-Qur'an, agar ia memperoleh mentalitas berpikir yang menjadikan dirinya dapat merasakan seluruh alam semesta ini sebagai penjelmaan dari segala ciptaan Allah.

Buku ini ditulis untuk mengetengahkan beberapa masalah yang dianjurkan Al-Qur'an agar kita renungkan. Tanda kebesaran Allah di alam semesta ditegaskan dalam surat An-Nahl:

“Dia-lah Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun, korma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami-(nya), dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran. Dan Dia-lah Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan darinya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. An-Nahl, 16: 10-17)



Dalam Al-Qur'an, Allah mengajak kaum berakal untuk memikirkan hal-hal yang biasa diabaikan orang lain, atau yang biasa dikatakan sebagai hasil “evolusi”, “kebetulan”, atau “keajaiban alam” belaka.

Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata);

“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali ‘Imran:191)



Sebagaimana kita lihat dalam ayat-ayat ini, kaum berakal melihat tanda kebesaran Allah dan berusaha memahami ilmu, kekuasaan, dan kreasi seni-Nya yang tak terhingga ini dengan mengingat dan merenungkan hal-hal tersebut, sebab ilmu Allah tak terbatas dan ciptaan-Nya sempurna tanpa cacat.

Bagi orang yang berakal, segala sesuatu di sekeliling mereka adalah tanda penciptaan.

“Sesungguhnya, Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Baqarah: 26)



| 1 | 2 | 3 |

Next -->

Islam Menjaga dan Memuliakan Wanita

Islam Menjaga dan Memuliakan Wanita

Di antara stigma negatif yang dialamatkan oleh Barat terhadap ajaran Islam adalah, bahwa Islam tidak menghargai kedudukan wanita, memasung kebebasannya, tidak adil dan menjadikannya sebagai manusia kelas dua yang terkungkung dalam penguasaan kaum laki-laki serta hidup dalam kehinaan. Wanita Islam pun dicitrakan sebagai wanita terbelakang dan tersisihkan dari dinamika kehidupan tanpa peran nyata di masyarakat. Oleh karena itu, mereka menganggap, bahwa Islam adalah hambatan utama bagi perjuangan kesetaraan gender.

Anehnya, sebagian kaum muslimin yang telah kehilangan jati dirinya malah terpengaruh dengan pandangan-pandangan itu. Alih-alih membantah, mereka malah menjadi bagian dari penyebar pemikiran mereka. Dibawah kampanye emansipasi wanita dan kesetaraan gender, mereka ingin agar kaum muslimah melepaskan nilai-nilai harga diri mereka yang selama ini dijaga oleh Islam.

Wanita pra-Islam
Sebelum datang Islam, seluruh umat manusia memandang hina kaum wanita. Jangankan memuliakannya, menganggapnya sebagai manusia saja tidak. Orang-orang Yunani menganggap wanita sebagai sarana kesenangan saja. Orang-orang Romawi memberikan hak atas seorang ayah atau suami menjual anak perempuan atau istrinya. Orang Arab memberikan hak atas seorang anak untuk mewarisi istri ayahnya. Mereka tidak mendapat hak waris dan tidak berhak memiliki harta benda. Hal itu juga terjadi di Persia, Hidia dan negeri-negeri lainnya. (Lihat al Mar`ah, Qabla wa Ba’da al Islâm, Maktabah Syamilah, Huqûq al Mar`ah fi al Islâm: 9-14)

Orang-orang Arab ketika itu pun biasa mengubur anak-anak perempuan mereka hidup-hidup tanpa dosa dan kesalahan, hanya karena ia seorang wanita! Allah berfirman tentang mereka

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. An-Nahl [16]: 58)



Muhammad al Thâhir bin Asyûr mengatakan, “Mereka mengubur anak-anak perempuan mereka, sebagian mereka langsung menguburnya setelah hari kelahirannya, sebagian mereka menguburnya setelah ia mampu berjalan dan berbicara. Yaitu ketika anak-anak perempuan mereka sudah tidak bisa lagi disembunyikan. Ini adalah diantara perbuatan terburuk orang-orang jahiliyyah. Mereka terbiasa dengan perbuatan ini dan menganggap hal ini sebagai hak seorang ayah, maka seluruh masyarakat tidak ada yang mengingkarinya.” (al Tahrîr wa al Tanwîr: 14/185)

Wanita Pasca Islam
Kemudian cahaya Islam pun terbit menerangi kegelapan itu dengan risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, memerangi segala bentuk kezaliman dan menjamin setiap hak manusia tanpa terkecuali. Perhatikan Allah berfirman tentang bagaimana seharusnya memperlakukan kaum wanita dalam ayat berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa [4]: 19)



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering mengingatkan dengan sabda-sabdanya agar umat Islam menghargai dan memuliakan kaum wanita. Di antara sabdanya:

“Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR Muslim: 3729)

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam “ash-shahihah”: 285)



Dr. Abdul Qadir Syaibah berkata, “Begitulah kemudian dalam undang-undang Islam, wanita dihormati, tidak boleh diwariskan, tidak halal ditahan dengan paksa, kaum laki-laki diperintah untuk berbuat baik kepada mereka, para suami dituntut untuk memperlakukan mereka dengan makruf serta sabar dengan akhlak mereka.” (Huqûq al Mar`ah fi al Islâm: 10-11)

Wanita adalah Karunia, Bukan Musibah
Setelah sebelumnya orang-orang jahiliyah memandang wanita sebagai musibah, Islam memandang bahwa wanita adalah karunia Allah. Bersamanya kaum laki-laki akan mendapat ketenangan, lahir maupun batinnya. Darinya akan muncul energi positif yang sangat bermanfaat berupa rasa cinta, kasih sayang dan motivasi hidup. Laki-laki dan wanita menjadi satu entitas dalam bingkai rumah tangga. Kedunya saling membantu dalam mewujudkan hidup yang nyaman dan penuh kebahagian, mendidik dan membimbing generasi manusia yang akan datang. Allah berfirman:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al Rum [30]: 21)

“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?.” (QS. An Nahl [16]:72)

“Mereka (istri-istri) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al Baqarah [2]: 187)



Hak dan Kedudukan Wanita
Sebagaimana laki-laki, hak-hak wanita juga terjamin dalam Islam. Pada dasarnya, segala yang menjadi hak laki-laki, ia pun menjadi hak wanita. Agamanya, hartanya, kehormatannya, akalnya dan jiwanya terjamin dan dilindungi oleh syariat Islam sebagaimana kaum laki-laki. Diantara contoh yang terdapat dalam al Qur`an adalah: wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam beribadah dan mendapat pahala:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An Nisâ [4]: 124)



Wanita juga memiliki hak untuk dilibatkan dalam bermusyawarah dalam soal penyusuan:

“Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.” (QS. Al Baqarah [2]: 233)



Wanita berhak mengadukan permasalahannya kepada hakim:

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al Mujadilah [58]: 1)



Dan di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, diriwayatkan beberapa kasus pengaduan wanita kepadanya.

Wanita adalah partner laki-laki dalam peran beramar makruf nahi munkar dan ibadat yang lainnya:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Taubah [9]: 71)



Allah juga berfirman tentang hak wanita:

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi laki-laki, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqarah [2]: 228)



Ibnu Katsir berkata, “Maksud ayat ini adalah bahwa wanita memiliki hak atas laki-laki, sebagaimana laki-laki atas mereka. Maka, hendaknya masing-masing dari keduanya menunaikan hak yang lainnya dengan cara yang makruf.” (Tafsîr Al-Qur'an Al-lAdzim: 1/609)

Muhammad al Thâhir bin ‘Asyûr berkata, “Ayat ini adalah deklarasi dan sanjungan atas hak-hak wanita.” (al Tahrir wa al Tanwir: 2/399)

Mutiara Yang Harus Dijaga
Selain menjamin hak-hak wanita, Islam pun menjaga kaum wanita dari segala hal yang dapat menodai kehormatannya, menjatuhkan wibawa dan merendahkan martabatnya. Bagai mutiara yang mahal harganya, Islam menempatkannya sebagai makhluk yang mulia yang harus dijaga. Atas dasar inilah kemudian sejumlah aturan ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dan agar berikutnya, kaum wanita dapat menjalankan peran strategisnya sebagai pendidik umat generasi mendatang.

Muhammad Thâhir ‘Asyûr rahimahullah berkata, “Agama Islam sangat memperhatikan kebaikan urusan wanita. Bagaimana tidak, karena wanita adalah setengah dari jenis manusia, pendidik pertama dalam pendidikan jiwa sebelum yang lainnya, pendidikan yang berorientasi pada akal agar ia tidak terpengaruh dengan segala pengaruh buruk, dan juga hati agar ia tidak dimasuki pengaruh setan.

Islam adalah agama syariat dan aturan. Oleh karena itu ia datang untuk memperbaiki kondisi kaum wanita, mengangkat derajatnya, agar umat Islam (dengan perannya) memiliki kesiapan untuk mencapai kemajuan dan memimpin dunia.” (al Tahrîr wa al Tanwîr: 2/400-401)

Di antara aturan yang khusus bagi wanita adalah aturan dalam pakaian yang menutupi seluruh tubuh wanita. Aturan ini berbeda dengan kaum laki-laki. Allah memerintahkan demikian agar mereka dapat selamat dari mata-mata khianat kaum laki-laki dan tidak menjadi fitnah bagi mereka:

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnyake seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab [33]: 59)



Wanita pun diperintah oleh Allah untuk menjaga kehormatan mereka di hadapan laki-laki yang bukan suaminya dengan cara tidak bercampur baur dengan mereka, lebih banyak tinggal di rumah, menjaga pandangan, tidak memakai wangi-wangian saat keluar rumah, tidak merendahkan suara dan lain-lain.

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmudan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.” (QS. Al Ahzâb [33]: 33)



Semua syariat ini ditetapkan oleh Allah dalam rangka menjaga dan memuliakan kaum wanita, sekaligus menjamin tatanan kehidupan yang baik dan bersih dari prilaku menyimpang yang muncul akibat hancurnya sekat-sekat pergaulan antara kaum laki-laki dan wanita. Merebaknya perzinahan dan terjadinya pelecehan seksual adalah diantara fenomena yang diakibatkan karena kaum wanita tidak menjaga aturan Allah diatas dan kaum laki-laki sebagai pemimpin dan penanggungjawab mereka lalai dalam menerapkan hukum-hukum Allah atas kaum wanita.

Penutup
Akhirnya, dengan keterbatasan ilmu dan kata, penulis merasa bahwa apa yang dipaparkan dalam tulisan ini masih jauh dari sempurna. Namun mudah-mudahan paling tidak dapat sedikit menjawab keragu-raguan yang mungkin hinggap pada benak sebagian kaum muslimin tentang pandangan Islam terhadap wanita, disebabkan karena merebaknya opini keliru yang disebarkan oleh orang-orang yang tidak menginginkan syariat Islam tegak menopang sendi-sendi kehidupan umat manusia

* * * * * *



Wallâhu a’alam bish-shawâb wa shallallâhu ‘alâ nabiyyinâ Muhammad.

Riyadh, 22 Jumada Tsani 1433 H

Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc (Alumni Universitas Al Azhar Mesir, Da’i di Islamic Center Bathah Riyadh KSA)
Muslim.Or.Id

Jumat, 20 Juli 2012

Gubernur Sumsel Ambil Alih Sengketa Warga-PTPN VII

Gubernur Sumsel Ambil Alih Sengketa Warga-PTPN VII

PALEMBANG - Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin menyatakan mengambilalih kasus sengketa lahan masyarakat Ogan Ilir (OI) dengan PTPN VII Cinta Manis. Dia menyebutkan saat ini lahan tersebut berstatus quo sampai ada kejelasan lebih lanjut dari pemerintah.

"Hari ini saya sudah perintahkan BPN untuk mengukur ulang, tetapi dengan pengukuran menggunakan Citra Satelit untuk lahan yang belum ber-HGU," ujar Alex Noerdin, di depan hadirin rapat paripurna dewan di DPRD Sumsel, Jumat (20/7/2012).

Alex menambahkan jika hasil pengukuran ulang lahan terjadi kelebihan maka lahan lebih tersebut harus diserahkan ke pihak yang berhak menerimanya.

Ia menyayangkan terjadinya perusakan dan anarkis yang dilakukan masyarakat hingga menyebabkan kerugian dan kasusnya sudah menjadi perhatian nasional bahkan internasional.

Terhadap warga yang kini diamankan di Polres OI, Alex mengaku tetap menjalani proses hukum karena negara ini berdasarkan hukum dan warga harus menghormati proses hukum.

Disinggung anggota dewan Rusdi Tahar yang ditangkap polisi kemudian mengalami pemukulan, Alex menyebutkan bahwa hal itu bukan penangkapan tetapi diamankan.


Alex juga meminta maaf karena beberapa bulan kurang aktif karena mengikuti Pilkada DKI sehingga perhatian terhadap kondisi daerah sedikit terngganggu.

"Sekarang kasus ini saya ambilalih, kalaupun warga berada di pihak yang benar tetapi jika melakukan peruskan, jadinya juga salah," ujar Alex.

Alex mengaku sudah melihat langsung ke lokasi terjadinya perusakan di lahan tebu Cinta manis khususnya Rayon III. Menurutnya sebagai gubernur pilihan rakyat, dirinya tidak ada rasa takut sama sekali ketika menerobos kerumunan warga yang bersenjata tajam berada di lokasi bahkan dirinya langsung dihampiri warga ketika memberikan penjelasan di lokasi.

"Kalau saya lihat ada ribuan hektare kebun tebu yang terbakar, sayang ini terjadi di saat kita masih menginpor gula," katanya.

Menjawab pertanyaan Sripoku.com, seputar sumbangan gula PTPN VII Cinta manis yang hanya berkisar di angka 4-5 persen untuk kebutuhan gula nasional sehingga kebutuhan gula tetap masih terus mengimpor, Alex mengaku semua itu diserahkan ke tim yang sedang melakukan tugasnya untuk memberikan rekomendasinya nanti.

Penulis : Tarso
Editor : Soegeng Haryadi
Sriwijaya Post - Jumat, 20 Juli 2012 13:13 WIB

Aksi Duduk Warga Ogan Ilir

Aksi Duduk Warga Ogan Ilir
Aksi Duduk Warga Ogan IlirAksi Duduk Warga Ogan Ilir

Ribuan warga yang tergabung dalam Gerakan Petani Penegak Bersatu (GPPB) mendatangi Polda Sumsel, Jumat (20/7/2012). Mereka memprotes dan mempertanyakan kasus yang terjadi di Desa Tanjung Batu, Sribandung dan desa lain disekitar Pabrik Gula Cinta Manis, Kabupaten Ogan Ilir. Aksi orasi dibawah koordinator Direktur Walhi Sumsel, Anwar Sadat, menuntut agar polisi membebaskan 12 petani yang ditangkap dan mengganti motor yang diduga dibakar aparat.

Penulis : Syahrul Hidayat
Editor : Soegeng Haryadi
Sriwijaya Post - Jumat, 20 Juli 2012 14:32 WIB

Pedagang Protes Lokasi Pasar Beduk Dipindah

Pedagang Protes Lokasi Pasar Beduk Dipindah
Sejumlah pedagang pasar beduk di kawasan Monpera melakukan aksi demo sambil membawa poster serta anak-anak menolak dipindahkan ke kawasan pasar beduk Taman Kambang Iwak Jalan Tasik, Jumat (20/7)

PALEMBANG - Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang memindahkan Pasar Beduk dari halaman Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera), Jl Merdeka ke kawasan Kambang Iwak (KI) ditolak puluhan pedagang.

Siang tadi para pedagang ini protes dan meminta uang pendaftaran sebesar Rp 600 ribu dikembalikan.

Pedagang mengaku bakal rugi puluhan juta jika dilakukan relokasi, mengingat KI dianggap tidak strategis dan sepi.

“Kami baru mendapat kabar kalau Pasar Beduk ini akan dipindahkan ke KI Kamis (19/7) malam. Padahal kami sudah siap-siap untuk buka dagangan Sabtu (21/7) ini,” ujar Asep kepada Sripoku.com, salah seorang pedagang yang ditemui di halaman Monpera bersama puluhan pedagang lainnya.

Asep menilai, relokasi yang dilakukan Pemkot Palembang terkesan dadakan dan tidak terencana sejak jauh hari. Bahkan para pedagang baru mendapat informasi ada pembongkaran kios sehari lalu.

Menurut dia, Pasar Beduk sudah tepat berada di halaman Monpera. Sebab, selain strategis tempatnya juga luas dan ramai pengunjung.

“Orang sudah maklum kalau Pasar Beduk itu di sini (Monpera). Kalau di KI itu sepi, dan kami bakal rugi puluhan juta kalau jualan di sana. Apalagi kami sudah banyak mengeluarkan biaya untuk membeli bahan dan barang dagangan,” katanya.

Jika rencana pemindahan tetap akan dilakukan, sejumlah pedagang akan mengambil sikap dan tindakan serta meminta uang pendaftaran dikembalikan. Mereka mengecam keputusan sepihak Pemkot Palembang dan menyatakan mundur.

“Tahun lalu dalam sehari kami bisa menghasilkan uang Rp 1,6 juta di Monpera. Kalau di KI, belum tentu bisa,” tandasnya.

Penulis : Eko Adiasaputro
Editor : Sudarwan
Sriwijaya Post - Jumat, 20 Juli 2012 17:29 WIB

Kamis, 05 Juli 2012

Google Tutup iGoogle dan 4 Layanan Tak Produktif

Google terbilang rajin membuat layanan baru karena mereka percaya industri digital menciptakan peluang luar biasa untuk meningkatkan kehidupan masyarakat. Namun, ketika ada layanan yang dirasa tidak produktif, Google tak segan-segan untuk menutupnya.

Hingga September 2011 lalu, Google telah menutup 30 layanan yang tidak produktif. Google mengatakan, penutupan suatu layanan adalah pilihan yang sulit karena akan merugikan penggunanya. Namun, Google harus berfokus pada layanan yang dipakai oleh lebih banyak pengguna.

Pada awal Juli 2012 ini, Google menutup 5 layanan lagi. Berikut kelima layanan yang akan ditutup, seperti dikutip dari blog resmi Google:

1. Google Mini
Dirilis pada 2005, layanan pencarian khusus untuk perusahaan ini dihentikan pada 31 Juli 2012. Namun, fungsinya tetap tertanam dalam produk Google Search Appliance, Google Site Search, dan Google Commerce Search.

2. Google Talk Chatback
Google Talk Chatback memungkinkan sebuah situs menanamkan widget Google Talk sehingga situs terlihat lebih interaktif. Google menganggap layanan ini sudah ketinggalan zaman, dan merekomendasikan penggunanya untuk beralih ke Meebo, sebuah perusahaan dengan produk instant messaging yang diakuisisi Google bulan Juni lalu.

3. Google Video
Layanan video ini akan dialihkan ke YouTube. Google memberi waktu sampai 20 Agustus 2012 kepada pengguna Google Video untuk memindahkan konten videonya ke YouTube, menghapus, ataupun mengunduhnya.

4. iGoogle
Dirilis pada 2005, iGoogle merupakan halaman milik pengguna yang bisa dikostumisasi dengan beragam widget dan RSS langganan dari situs atau blog favorit. Layanan ini akan pensiun pada 1 November 2013. Penggunanya punya waktu 16 bulan untuk mengekspor data mereka.

5. Symbian Search App
Layanan khusus untuk smartphone Nokia Symbian ini akan diakhiri. Google merekomendasikan pengguna layanan ini untuk menggunakan mesin pencari Google di browser mereka.

Aditya Panji | Reza Wahyudi |Kompas, Kamis, 5 Juli 2012 | 14:34 WIB

Rabu, 04 Juli 2012

PWM Sumsel Minta Pemerintah Rutin Gelar Razia

PWM Sumsel Minta Pemerintah Rutin Gelar Razia
Dr Agus Purwanto ahli Falak dari PP Muhammadiyah ketika memberikan pelatihan Falak di Gedung Autorium PW Muhammadiyah Sumsel Jl Ahmad Yani Palembang, Rabu (4/7/2012)

PALEMBANG -- Setelah menetapkan bulan puasa (1 Ramadhan 1433 H) jatuh pada tanggal 20 Juli, pengurus Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Sumsel meminta dan menghimbau kepada pemerintah, untuk menggelar razia secara rutin dan inten.

Razia digelar pemerintah dan pihak terkait lainnya, bukan hanya diadakan ketika menjelang bulan puasa saja. Hal ini dikarenakan pada bulan suci nantinya, masih saja marak tempat hiburan dan praktek-praktek mesum yang beroperasi.

Himbauan ini disampaikan Ketua PW Muhammadiyah Sumsel H Romli, disela-sela pelatihan falak, di Gedung Autorium PW Muhammadiyah Sumsel Jl Ahmad Yani Palembang, Rabu (4/7/2012).

"Kami harapkan pemerintah selalu menggelar razia secara inten tidak hanya menjelang puasa. Razia harus dilakukan sampai bulan puasa selesai dan menuju lebaran nantinya. Dikarenakan semua itu untuk menjaga kekhusyukan umat islam sendiri dalam menjalankan ibadah itu nantinya," ujar Romli.

Dalam pelatihan falak yang merupakan ilmu perhitungan penentu awal bulan qomariyah, Romli mengatakan kegiatan pelatihan bertujuan untuk melakukan sosialisasi kepada keluarga besar Muhammadiyah dan masyarakat tentang penghitungan Muhammadiyah yang sudah melalui mekanisme penghitungan benar.

Akan tetapi pihaknya tidak memaksakan untuk masyarakat sendiri mengikuti penghitungan Muhammadiyah yang jatuh pada tanggal 20 Juli mendatang.

"Mengenai adanya perbedaan, kami tidak mempermasalahkan tentang perbedaan agar tidak ada konflik. Makanya kami selalu melakukan sosialisasi kepada keluarga besar Muhammadiyah, bagaimana cara penghitungan dengan mendatangkan pakar ahli falak. Kemudian pelatihan ini akan disosialisasikan kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat, bahwa hitungan kami tidak main-main," ungkapnya.

Kegiatan pelatihan penghitungan falak diikuti 50 peserta yang merupakan perwalilan atau utusan dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se Sumsel, Dosen dari berbagai Perguruan Tinggi dan pihak perwakilan lainnya.

"Biasanya kami selalu memberikan pengumuman di hari menjelang puasa. Setelah mendapatkan pelatihan ini, selanjutanya juga dilanjutkan kepada kepada mahasiswa bahwa bulan puasa jatuh pada tanggal yang sudah diperhitungkan," ujar Nilam, Wakil Ketua IV Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Palembang yang juga salah satu peserta pelatihan.

Penulis : Welly Hadinata
Editor : Hendra Kusuma
Sriwijaya Post - Rabu, 4 Juli 2012 20:03 WIB

Pulang Yasinan Go Ong Beli Ineks

Pulang Yasinan Go Ong Beli Ineks
Azhari (45) penarik becak yang terlibat kasus narkoba ketika menunjukkan barang bukti satu butir ekstasi di Polsek SU II Palembang, Rabu (4/7/2012)

PALEMBANG -- Lantaran kaget melihat ada razia petugas, Azhari als Go Ong (45), penarik becak, nekat membuang bungkusan berisi satu butir pil ekstasi.

Pria yang keseharian bekerja sebagai penarik becak ini, ditangkap petugas ketika razia di kawasan Jl KH Azhari Kelurahan 11 Ulu Kecamatan SU II, Sabtu (30/6/2012) pukul 22.00.

"Aku terkejut melihat ada razia, jadi aku buang langsung. Inek satu butir ekstasi ini aku beli seharga Rp 200 ribu dengan cara patungan dengan kawan aku yang kerjanya sopir ketek. Baru sekitar satu jam lamanya, ineks ini ado di tangan aku," ujar Azhari kepada Sripoku.comRabu (4/7/2012).

Go Ong yang masih bujangan ini mengakui, satu butir ineks rencananya untuk dikonsumsi bersama temannya di acara orgen tunggal yang ada di kawasan 15 Ulu. Sebelum membeli ekstasi, Azhari terlebih dulu mengikuti hajatan Yasinan di rumah kerabat keluarganya.

"Baru sekali inilah aku mau pakai ineks. Aku pakai ineks ini sekedar untuk menghilangkan stres karena aku sering pusing dan banyak pikiran," ujar Azhari yang tercatat sebagai warga Jl Tembok Baru Lrg Sepakat RT 44 Kecamatan Plaju.

Kapolsek SU II Kompol Samrudi didampingi Kanit Reskrim Iptu Tarmizi mengatakan, tertangkapnya Azhari berkat kejelian petugas ketika menggelar razia dan patroli yang rutin yang diadakan petugas untuk memberantas peredaran narkoba dan tindakan kriminalitas.

"Dalam kasus narkoba ini, Azhari kini masih dalam pemeriksaan petugas penyidik lebih lanjut untuk melakukan pengembangan," ujarnya.

Penulis : Welly Hadinata
Editor : Hendra Kusuma
Sriwijaya Post - Rabu, 4 Juli 2012 20:08 WIB

Sepasang Mata Malaikat

Sepasang Mata Malaikat

Cerpen N Mursidi

LELAKI itu berdiri di dekat jendela. Temaram lampu kamar, membingkai bayangannya seperti setengah memanjang. Sesaat, aku hanya menangkap nuansa kesedihan di wajahnya. Wajah yang menyiratkan selaksa kepucatan yang membentang seperti iring-iringan awan melingkupi langit. Dia lebih banyak diam, mendengarkan dengan syahdu suara seseorang di seberang. Aku tahu, dia sedang mengangkat telepon istrinya. Tetapi, aku tak mendengar dengan jelas: suaranya pelan setengah berbisik, seperti dengung serangga. Sesekali, ia mengangguk-angguk.

Aku masih meringkuk dibalut selimut. Tapi tiba-tiba, kulihat segumpal warna serupa sisa badai yang menggumpal di sudut matanya. Mata yang membuatku bergidik menatapnya lebih lama. Tak sampai semenit, dia mematikan handphone, kemudian berjalan ke arahku.

”Aku harus pulang,” suaranya datar tidak terlalu mengejutkanku. Seperti hari-hari yang lain, dia tidak selalu mengungkapkan satu alasan pun sebelum pergi dari rumahku.

”Apakah istrimu tahu kalau malam ini kau di rumahku?”

Dia menggeleng. Sorot matanya kelabu dan ganjil serasa meninggalkan bekas luka pedih bagai timbunan kardus kumal yang teronggok di tempat sampah. Lama, kami bersitatap pandang. Matanya mendidih, serupa air yang dijerang di atas tungku. Aku ingin bertanya..., tetapi genangan hitam di sudut matanya itu membuatku beringsut. Dan, malam itu, dia benar-benar seperti orang asing yang baru kukenal.

Dia buru-buru berpakaian. Aku hanya menatapnya dengan diam, bahkan ketika ia pergi dengan tergesa dan meninggalkanku yang masih meringkuk setengah telanjang dalam balutan selimut.

Ia tidak tahu, betapa aku bergidik takut tatkala istriku meneleponku. Meski itu bukan kali pertama istriku tiba-tiba meneleponku saat aku tidur di rumahnya, tetapi malam itu aku serasa digulung ombak berlipat-lipat: hanyut dalam gelombang yang hampir menenggelamkanku.

Setelah aku mengangkat telepon, istriku langsung menangis tersedu. Tangisnya pecah, membuat telingaku serasa basah. Kutunggu lama, hingga tangisnya reda. Hening sejenak, sebelum kemudian istriku memintaku pulang. Anakku sakit.

Kabar itu, sebenarnya bukan sesuatu yang mengejutkan. Tapi, aku merasakan tiba-tiba menggigil. Tangis istriku bagai gerimis yang turun seketika meninggalkan kepekatan yang membentang di cakrawala serupa kerlip lampu di sepanjang jalan yang mati tiba-tiba dan membuat seluruh kota tergeragap. Seberkas cahaya memudar, berganti gelap. Kesunyian meruncing. Dalam perjalanan pulang, hawa dingin terus menjalar ke seluruh tubuhku.

Setibaku di rumah, aku membuka pintu rumah dengan gugup, seraya mencium aroma parfum yang masih tertinggal di tubuhku—sekadar menepis kecurigaan istriku sebelum aku menerabas masuk ke kamar. Tatapan istriku tak menaruh curiga, ketika aku berdiri di ambang pintu kecuali ia terlihat gugup. ”Sejak satu jam yang lalu, panasnya tak kunjung turun,” tukas istriku.

”Kenapa kau tak langsung membawanya ke dokter...” ujarku tak sedikit pun merasa bersalah

Kupegang kepala anakku. Panasnya cukup tinggi.

Tetapi, istriku tak segera menjawab. Lama, ia menatapku dengan heran. ”Tapi, anak ini butuh ayahnya. Ia tidak hanya membutuhkanku di saat sakit seperti ini. Sayangnya, ayahnya seperti tidak pernah tahu.”

”Jika kau tahu aku sibuk, kau seharusnya tak perlu menungguku sampai pulang untuk sekadar membawanya ke dokter,” tukasku, sambil membopong buah hatiku, bocah mungil yang baru menginjak 1 tahun itu. ”Ayo kita berangkat, sebelum semuanya terlambat dan tambah parah!”

Dalam dekapanku, anakku menggeliat. Kemudian, ia membuka mata. Mata itu, entah kenapa, tidak lagi dingin meneduhkan, melainkan berubah seperti nyala api unggun mata seorang hakim yang mendakwaku dengan tuduhan berat....

Mata lelaki itu kemerahan, bagai hamparan jalan di malam hari yang diterpa gemerlap lampu. Dan, sejak kali pertama bertemu laki-laki itu, aku seperti ditelungkupkan pada seraut kenangan. Aku tak tahu, mengapa aku tiba-tiba seperti direnggut perasaan aneh dan ganjil. Aku seketika jatuh cinta. Apa yang kusuka dari lelaki itu? Jujur, ia mengingatkanku akan masa laluku—dua tahun lalu—tatkala aku lulus dari kuliah. Aku masih luntang-lantung, belum mendapatkan pekerjaan layak, dan kerap tidur di rumah teman.

Hingga akhirnya, kehidupanku berubah setelah aku bertemu dengan seorang lelaki yang benar-benar asing bagiku—lelaki yang kemudian menjadikanku istri simpanan. Ia hampir memberiku apa yang aku butuhkan kecuali kepastian.... Ia bisa datang satu minggu sekali, kadang bisa satu bulan sekali, atau bahkan dua bulan sekali. Ia datang ketika butuh, dan ia tidak pernah datang ketika aku sedang membutuhkan kehadirannya pada satu malam tertentu. Hingga semua itu berakhir ketika istrinya tahu keberadaanku.

Dan lelaki ini, tiba-tiba datang dari balik keheningan. Aku tak tahu, bagaimana semua itu bermula. Ia tiba-tiba duduk di sebelahku, ketika aku sedang berpangku tangan di sudut cafe. Ia tersenyum, lalu mengajakku bercengkerama. Di hadapannya, aku seperti hilang.... Ia lelaki biasa, tapi tatapan matanya membuatku luruh. Dalam sekejap, persendianku seperti dialiri getaran aneh yang menjalar ke setiap pori-pori. Mata lelaki itu seperti hamparan laut, tenang dan meneduhkan. Setiap kali aku melihatnya, aku serasa ingin menyelam ke dalamnya....

Aku tidak bisa berkata-kata dan ketika lelaki itu menawarkan kebaikan untuk mengantarku pulang, aku tak kuasa menolak. Sejak itulah, aku sering jatuh sakit ketika ia lama tidak mengunjungiku....

Setelah mengantar perempuan itu, aku pulang ke rumah dengan raut penuh tanda tanya. Istriku—yang biasanya anggun—menyambut kedatanganku dengan cemberut. Tidak seperti biasanya. Ia kali ini tidak tersenyum, tak membawakan tasku—apalagi mau melepaskan dasiku. Sejak ia membuka pintu, ia hanya diam—menatapku dengan mata yang aneh. Aku sudah hafal. Pasti ada peristiwa yang tak ia sukai dan ia memprotesku dengan diam.

Aku meninggalkan istriku yang masih berdiri kaku di balik pintu. Ia menutup pintu, menguncinya dan mengikuti langkahku.

”Noura sakit...,” akhirnya ia buka suara.

Aku berbalik, menatapnya dengan raut tak percaya. ”Sakit apa?”

”Demam... Tadi, badannya panas. Aku sudah membawanya ke dokter...”

”Gimana sekarang?” tanyaku penasaran, seraya merangsek ke kamar.

Putriku tertidur, meringkuk dalam balutan selimut. Entah kenapa, aku selalu menemukan setangkup ketenangan yang selalu menelusup dalam hatiku, ketika mataku menatap bola mata mungilnya. Tapi, kali ini putriku terpejam. Aku menempelkan tangan di keningnya. Kening putriku tidak lagi panas.

”Aku tadi menghubungimu berkali-kali.... Tapi sia-sia! Handphone-mu tidak aktif,” ucap istriku.

Aku tidak menanggapinya. Ia semakin cemberut bahkan kesal. Aku menciumnya putriku pelan-pelan, tak ingin bangun. Tapi, harapanku kandas. Putriku terjaga. Matanya biru, menatapku. Aku merasa tatapan mata putriku... entah kenapa, tidak lagi dingin meneduhkan, tetapi berubah seperti nyala api unggun yang membuatku bergidik takut....

Dan beberapa saat kemudian, ia menangis.

Di mataku, tak ada yang istimewa pada lelaki itu. Ia biasa saja—seperti umumnya lelaki lain. Hanya saja, mata lelaki itu selalu memukau dan membuatku serasa di tepi danau. Setiap aku menatapnya, aku seperti melihat hamparan air yang tenang. Bahkan, ketika aku sudah lama tidak bertemu dengannya, aku.... entah kenapa bisa jatuh sakit.

Aku tidak tahu, kenapa semua bisa tak masuk akal. Dan ketika ia menjengukku, perlahan sakitku pulih. Meski ia datang hanya diam, tak pernah banyak bercerita dan bersenda gurau. Tetapi, kedatangannya telah membuatku bisa tersenyum. Ah, lelaki ini benar-benar aneh.

”Aku ingin pergi ke sebuah danau...,” ucapku memecah keheningan.

Lelaki itu diam, dan seperti tidak mau mendengar apa yang aku katakan. Dan aku tahu, dia tak sanggup untuk memenuhi permintaanku. Aku, entah kenapa, merasakan telah meminta sesuatu yang tidak mungkin bisa ia penuhi. Selama ini, memang tidak pernah ada kesepakatan antara kami.

Apalagi, setelah aku tahu ia lelaki yang sudah beristri. Itulah yang membuatku tak pernah menuntut apa pun... Tapi, dia tiba-tiba membuatku melambung.

”Besok jika kamu sudah sembuh, aku akan mengantarmu ke pantai...” ucapnya pelan, seraya mencium keningku.

”Sekarang aku sudah sembuh.”

Lelaki itu terbaring tepat di sisiku, kemudian menyibak selimut dan meringkuk bagai sepotong daging dalam kulkas. Tubuhnya dingin dan hampa. Tetapi semua berjalan cepat. Lelaki itu selalu mengerjakannya dengan kilat, sekejap kemudian ia sudah tersengal. Aku mendengar lenguhan panjang dan setelah itu, ia berbaring lemas di balik selimut.

Hingga kemudian, seperti yang sudah-sudah, dering telepon selalu membangunkan tidur nyenyaknya. Ia terbangun, buru-buru menyibak selimut, meraih handphone dan berjalan dengan gugup ke arah jendela. Kulihat sisa embun meruapkan basah di sebagian lempeng kaca jendela saat ia mendengarkan dengan syahdu suara di seberang. Aku tahu, dia sedang mengangkat telepon dari istrinya. Tapi aku tidak mendengar jelas: suaranya pelan setengah berbisik.

Setelah hening, lelaki itu berkata pendek, ”Aku harus segera pulang.”

Aku tak mungkin mencegahnya pergi. Aku tahu, pasti ia pulang lantaran anaknya sakit. Ia pernah bercerita, setiap kali habis menemuiku, pasti anaknya jatuh sakit...

Dalam perjalanan pulang, aku benar-benar merasa bergidik dan disesap rasa takut. Itu karena, aku tidak ingin kehilangan anakku. Kalau kulanjutkan hubunganku dengan perempuan itu, aku tak tahu apa yang terjadi dengan anakku. Lama-lama, anakku bisa sakit menahun....

Tiba di rumah, kubuka pintu dengan gugup. Lebih gugup lagi tatkala yang menyambutku bukan istriku, tapi ibu mertuaku. Aku mencium tangan wanita yang telah melahirkan istriku itu dengan takzim, ”Kamu boleh sibuk bahkan kerja mati-matian, tapi jika karena kesibukanmu, justru anak-istrimu sakit, rasanya kesibukanmu akan membuat hidupmu hampa.”

”Ya, Bu...,” jawabku.

Hening sejenak.

”Tapi, bagaimana dengan Noura?” tanyaku gugup.

”Noura tak apa-apa, justru sekarang yang sakit istrimu.”

Aku tercekat. Jadi ia berbohong ketika tadi meneleponku? Ah, kenapa aku sekarang ini tidak peka? Aku langsung menerabas masuk kamar dan menemukan istriku terbaring dengan tubuh lemas. Aku duduk di tepi ranjang. Kulihat istriku menggeliat, menatapku dengan aneh.

”Kenapa tadi kau meneleponku mengatakan Noura yang sakit?”

Istriku diam.

”Kenapa kau berbohong?”

Lagi-lagi, istriku diam. Setelah itu, ia menatapku tajam. Dan mata istriku... entah kenapa tak lagi dingin meneduhkan tapi berubah seperti nyala api unggun yang membuatku bergidik. Mata istriku, kulihat seperti sepasang mata malaikat yang tak henti-henti menuduhku; bahwa akulah yang sebenarnya berbohong.

Jodhi Yudono | Senin, 4 Juni 2012 | 11:19 WIB | Kompaas.com

Di Penghujung Cinta Landahur

Di Penghujung Cinta Landahur

Cerpen Mawaidi D. Mas

Disertai tangis yang mendayu, Puteri Jenang melepaskan peniti emas itu dan melemparkan ke arah Pangeran Banuaju.

Lolong anjing memulai peristiwa malam dengan mengirim sunyi yang misterius. Lolongan itu seperti sebuah instrumen, bila sunyi maka anjing itu akan melolong. Kembali. Bergantian dengan cericit kelelawar. Seketika tampak langit senyap dari bebintang. Hanya ada sesabit bulan menggantung di atas gunung. Bulan sendirian menyalakan kehidupan.

Orang-orang kampung Gunung Pekol berdiam dalam mimpi malamnya. Didekap sunyi. Didekap nyenyak yang enak. Didekap malas yang pulas. Suasana malam yang dingin itu berubah menegang. Pohon perdu dibiarkan bisu. Ada yang berkelebat, sosok jangkung setinggi pohon nyiur di antara cahaya bulan yang sampai separuh ke bumi. Ia keluar dari semak yang belukar.

Dengan langkah lambat dan wajah yang menyeringai ia berjalan di pekarangan desa. Gubuk-gubuk kecil oleh tangannya dihempas sampai hancur. Warung di bibir jalan digantung ke ranting pohon. Ia mulai buas pada benda-benda yang mengusik sepasang mata bulatnya.

Tak lama, kebuasannya membangunkan penduduk kampung. Salah satu warga yang terjaga dari tidurnya terkejut. Melihat suasana yang semakin gaduh seorang lelaki bergegas mengambil sepotong kayu, lalu memukul kentongan di beranda rumahnya. Berkali-kali.

“Landahur! Landahur!” lelaki yang hanya mengenakan celana itu berteriak.

Satu persatu warga kampung Gunung Pekol menyembul dari mulut pintu rumah masing-masing. Bunyi kentongan semakin ramai ditabuh. Sementara itu, Landahur dibuat gusar. Ia mengalihkan pandang pada arah bunyi kentongan. “Landahur datang! Landahur!” lelaki itu masih berteriak.

“Landahur datang!”

“Bruakkk!” sebuah gubuk tempat peronda remuk dibanting oleh Landahur. Lelaki tadi terbelalak. Dalam hatinya ia ingin mengambil langkah seribu. Sebelum niatnya tercapai lebih dulu Landahur menghadangnya.

“Tolong! Landahur mengamuk!” teriak lelaki itu sambil histeris. “Buk!” lelaki itu terhuyung. Sebuah amukan mengenai tepat pada tubuh kurusnya. Landahur mendesis. Lelaki itu menyengalkan napas pendek. Tubuhnya terbirit-birit membawa tenaga ingin pergi.

“Katakan, di mana Puteri Jenang berada?” kepala Landahur mendekati lelaki itu.

“Puteri Jenang? Saya tidak tahu,” jawabnya terbata. Lalu tidak sengaja menelan ludah dalam-dalam.

“Bohong! Cepat katakan atau kau aku tetas seperti sebutir telur,” pancing Landahur.

“Be…benar saya tidak tahu.”

Bulan lengkung di tenggara. Di bawahnya lelaki itu tumbang terhempas pada sebatang pohon. Begitulah nasib penduduk kampung Gunung Pekol bila Landahur datang yang ingin menuntaskan keinginannya. Kematian menjadi pesta bagi Landahur. Darah menjadi minuman sekali tenggak. Teriakan perempuan-perempuan desa menjadi tembang kesedihan.

Penduduk kampung hanya bisa berdoa kepada Yang Berkehendak. Kepada para raja terdahulu pula mereka mengirim adjisaka. Bau za’faran ditabur menyeluruh ke pelosok desa, agar para wali turut serta mengaminkan keselamatan mereka. Tak ada yang tahu siapa yang akan menolongnya. Bertahun-tahun kematian membentuk ritual kewajiban penduduk kampung Gunung Pekol.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * *



Di lereng gunung, adalah tempat Puteri Jenang tinggal bersama bibinya. Hingga kini perempuan itu terus mencari tempat yang lebih aman dan nyaman. Puteri Jenang gelisah. Di matanya, wajah Landahur betapa ngerinya.

Terdengar di kampung sebelah Landahur mulai meneror. Tak mungkin dia lari ke atas gunung—yang akhirnya keberadaannya semakin diketahui Landahur. Kecuali, Pangeran Banuaju datang, sang kekasih, membawanya terbang.

Bulan sabit di muka jendela dipandangi oleh Puteri Jenang. Dia tidak bisa memanggil Pangeran Banuaju untuk menolongnya. Hanya pada saat bulan tua Pangeran Banuaju bisa keluar dari persemedian. Sungguh nahas Puteri Jenang. Matanya sesendu bulan. Bengkok menyerupai lengkung alis matanya.

Puteri Jenang memandangi kulit ayunya hingga betis. Naif jika tubuh indahnya diperuntukkan Landahur malam itu. Betapa dia rindu pada Pangeran Banuaju. Apalagi ketika ia menyentuh peniti emas yang menusuk kundaian rambutnya. Peniti emas itu pemberian Pangeran Banuaju sewaktu bercinta di Tamansari.

“Sudahlah Nduk! Tenangkan dirimu dan sabar. Pangeran pasti datang,” kata Bibinya meleraikan kegelisahan Puteri Jenang.

“Mau sabar bagaimana, Bi? Sekarang tanggal tujuh. kemungkinan besar pangeran tidak akan datang,” keluh Puteri Jenang.

“Mari sama-sama berdoa. Semoga pangeran lekas datang.”

Puteri Jenang menelan ludah. Percuma ia mendengar tanggapan bibinya yang tak paham apa-apa tentang kegundahan yang menggasak lubuk hatinya, karena malam ini pangeran tak akan datang. Teruslah air mata Puteri Jenang berputar seperti menasbihi kerinduan.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * *



Jantung desa semakin riuh-gemuruh. Warga kampung Gunung Pekol terpaksa keluar dari mulut pintu. Bocah-bocah kecil berlindung di dalam dekapan ibunya. Gadis-gadis desa dilumbar ke lapangan tempat Landahur mengamuk. Sesekali mendesis. Sesekali pula sebatang ujung jemarinya mencolek kulit gadis-gadis desa.

“Bodoh! Di sini tak ada bau Puteri Jenang.” Landahur membuang muka. Hidungnya mendengus sambil matanya terkuak lebar. Gadis-gadis itu mulai tenang.

“Hei, ayo katakan! Di mana Puteri Jenang berada?”

“Sa…saya tidak tahu,”

“Dasar bocah tengik!”

Orang-orang menangis tak bersuara ketika melihat salah satu warga tewas mengenaskan. Mereka mengenang kematian. Berkabung dan mendoakan. Napas terakhir lelaki itu meninggalkan biji mata melompat keluar.

“Jika malam ini aku gagal menemukan Puteri Jenang, kalianlah yang akan kujadikan pengganti dari permaisuri pada satu malamku nanti!”

Landahur mempunyai harapan untuk mendapatkan Puteri Jenang. Malam itu ia masih gemar mengubrak-abrik desa. Pasar, lepau-lepau kecil, pos ronda, rumah-rumah bubruk ditelan tanah. Landahur bangga dengan perangainya, ia merasa telah mendapatkan segila rindunya.

Sebab, hanya Puteri Jenanglah perempuan yang dapat mengubah nasib umur Landahur menjadi abadi. Menurut tafsir mimpinya beberapa tahun yang lalu, jika ia berhasil menyetubuhi Putri Jenang maka umurnya akan kekal dan Gunung Pekol akan dikuasainya.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

Sebuah gubuk kecil di lereng gunung—tempat Puteri Jenang berada—dia sedang memintal gelisah. Selalu dipandangi kulit ayunya. Teringat belaian pangeran hatinya ketika saat-saat memadu kasih di Tamansari. Bermesraan. Alangkah sedihnya Puteri Jenang bila malam itu Landahur benar-benar datang. Oh, betapa ngerinya wajah busuk Landahur.

“Nduk! Tampaknya kegelisahan yang dirasakanmu benar adanya.” Bibinya melongo keluar jendela, lalu menutup kembali jendela itu dengan pelan.

“Apa maksud yang bibi?” Puteri Jenang penasaran.

“Firasat bibi mengatakan, makhluk itu akan datang malam ini.”

“Landahur?” Puteri Jenang masih penasaran.

“Iya.”

Mata Puteri Jenang berkaca-kaca. Ada sesuatu yang jatuh dari matanya. Air mata itu tumpah meruah ke pipi Puteri Jenang. Tak mungkin malaikat hatinya datang malam itu. Sebab, ruang pertapaan di Guranggaring tak mengizinkannya pergi. Matanya, kini membentuk laju air Sungai Banyuayu.

Di bawah cekung matanya seperti senja yang hampir punah. Pipinya sembab dengan air mata. Duh, bibirnya merapat erat menahan sedih yang semakin menindih. Di jenjang lehernya peluh tersebar harum. Dadanya memacu degup menggembala dua buah dada dalam desak isakan. Kedua jemarinya diremas-remas. Tiba-tiba air matanya jatuh ke lengannya.

Putri Jenang tak banyak berbuat apa-apa. Hanya air mata-mata air miliknya yang terus menikung kebagian hidungnya yang mancung.

“Adinda, jika suatu saat kelak aku gugur dalam pertempuran, maka lekaslah bila kuminta Adinda melepaskan peniti emas itu dari kundaian rambutmu. Agar aku selamat dan kembali ke pangkuan Adinda.” Kenang Dewi Puteri Jenang. Air matanya semakin melaju.

Puteri Jenang! Di manakah kau berada? Lamat-lamat hidungku menemukan bau harum tubuhmu menyemerbak di kaki gunung. Sejak dulu, berulang-ulang kusibak pohonan nun jauh, kusibak rumahmu dan kabarmu. Tetapi, tak kutemukan juga harum tubuhmu sampai saat ini.

Sudah berapa banyak angka tahun yang silih berganti dan kita lama tak berjumpa? Aku merindukanmu di sini, Puteri Jenang! Semenjak kau masih dalam buaian, tahun lalu, aku datang ke rumahmu, hanya untuk menengok keadaan desa, pula keadaanmu. Tetapi, kau tiba-tiba raib pergi entah ke mana sekarang. Sungguh menyakitkan. Jenang!

Malam ini, adalah tahun masa keperempuananmu yang matang. Kau tentu tahu apa hakikat dari sebuah rasa, perkenalan dan masa-masa dulu aku mengagumimu. Kau tentu tahu apa itu cinta? adalah segalanya dari rasa, bersatunya asmara manusia. Maka, malam ini aku akan meminangmu sebagai permaisuri malamku, Puteri Jenang.

Puteri Jenang terbangun dari kesedihannya. Telinganya menangkap gelegar suara. Ya, suara itu berdengung pula di jantung Puteri Jenang. Dia terbelalak. Sesuatu telah terjadi padanya.

“Bibi, dengarkah akan suara itu?” Bibinya segera menghampiri.

“Sepertinya iya, Nduk!” Pasrah bibinya.

Suara tumbang pohon nyiur di luar terdengar melalui celah jendela. Gundukan batu-batu berjatuhan dari atas gunung. Hampir saja sebuah batu besar menggelinding ke gubuk mungil di lereng gunung yang ditempati Puteri Jenang.

Landahur mendesis. Hidungnya mendengus. Kali ini Landahur menemukan sesuatu yang menakjubkan di gubuk mungil itu. Dan tempat itulah yang ia cari selama ini,
Mve />“Bruakkk!” Landahur menghempaskan atap gubuk yang menggigil itu. Debu-debu beterbangan. Betapa terkejutnya, Puteri Jenang yang diduga berada di gubuk mungil itu oleh Landahur seketika lenyap. Hanya tempat tidur tergolek. Landahur mengamuk membabi buta.

“Akh!” Panjang. Menyusul pelepah nyiur berjatuhan. Bulan sabit di tenggara seperti bengkokan batang pelepah. Landahur takjub pada bulan.

“Kau melukaiku Puteri Jenang! Sekarang kau tak bisa lari.” Bentak Landahur murka. Matanya menyela pada sebongkah batu besar. Puteri Jenang dan bibinya berlindung di sana. Namun nahas, mata Landahur lekas memburu.

Malam semakin tua. Landahur mendengus panjang. Meraung-raung. Ia memukul-mukul dadanya dengan bangga. Segera ia memberikan kalimat pengantar perihal kedatangannya ke hadapan Puteri Jenang.

“Terkutuk! Kau jangan terlalu memaksakan kehendakmu.” Ambisi Puteri Jenang terpancing.

“Puteri Jenang! Ingatkah kau, betapa aku terlampau sabar menunggumu. Pada ruas jalan yang panjang aku titipkan kesabaranku untuk menunggumu. Dan sekarang kau tiba-tiba mengusirku. Apakah ini yang dinamakan kesetiaan?”

Puteri Jenang diam sejenak. Dia merenungi penutur Landahur.

“Bagaimana cantik? Akan aku bawa kau ke negeriku saat ini.”

“Maafkan aku. Aku tidak bisa memenuhi keinginanmu. Jika ini membuatmu benci kepadaku dan jika ini bukan suatu kesetiaan, maka lupakan harapanmu itu. Sebab, jika kau masih menggilaiku sama saja kau membuang waktu untuk mencintai dirimu sendiri.”

“Ada Pangeran Banuaju yang lebih dulu merenggut kalbuku.” Aku Puteri Jenang. Lalu menengadah ke arah Landahur yang masih berdiri dengan tatapan matanya yang amat pilu. Landahur luka parah.

Duhai langit yang menyaksikan, mata bulat Landahur membiaskan merah saga, mempertahankan amarah murka. Keretap giginya mengundal-undal.

“Tidak! Terpaksa aku harus membawamu Puteri Jenang. Ini demi kemaslahatan antara kau dan aku, demi memenuhi cintaku.”

“Bibi,” rintih Puteri Jenang.

Angin datang. Pohon nyiur tumbang. Desau angin beserta pelepah yang lain membuat Puteri Jenang menekan dada. Landahur bermain amuk. Pada dadanya tangannya menumpahkan kekesalan. Sekawanan angin menyapu pakaian Puteri Jenang. Melambai-lambai. Seperti ada sesuatu yang aneh. Tiba-tiba sepintal beliung mengelilingi Puteri Jenang.

“Adinda!” sosok di pintalan beliung itu berteriak.

“Oh, pangeran?” Puteri Jenang mendekat. Tapi Pangeran Banuaju mencegah ketika ia menjinjing sampirnya dan berusaha lari ke dadanya.

“Aku merindukanmu. Siapa yang mengabarkan risalah ini?”

“Adinda Puteri, riak Lombang mengetuk persemedianku di atas batu Guranggaring. Ia membawa berita akan celaka yang menimpa Adinda. Maka, kedatanganku tak bisa lama-lama Adinda. Walaupun sebenarnya aku juga sangat merindukanmu. Lihatlah bulan di tenggara itu, bulan batang-batang tempat ke tujuh aku melanjutkan pertapaan.”

“Tapi,” Puteri Jenang masih ingin melanjutkan percakapan. Namun lidahnya kelu. Matanya buncah dengan air mata.

“Adinda, tak ada waktu lagi. Landahur sedang menurunkan para pengikutnya. Sebentar lagi mereka berdatangan akan membawa Adinda. Malam semakin larut dan tua!”

“Tidak!”

“Ya. Lemparkan peniti emas itu di kundaian rambutmu Adinda. Lepaskan! Lemparkan segera ke arahku. Sebelum para pengikut Landahur mengusung keberadaanmu.”

“Tapi, bukankah peniti emas ini adalah pusaka cinta kita? Tidak!” Puteri Jenang histeris.

“Lemparkan Adinda! Lemparkan peniti itu kepadaku.”

Disertai tangis yang mendayu, Puteri Jenang melepaskan peniti emas itu dan melemparkan ke arah Pangeran Banuaju. Seperti burung yang melesat, Pangeran Banuaju terbang mendekati Landahur. Terjadilah amukan sengit Landahur. Pangeran Banuaju hanya mendaki tubuh Landahur mulai punggung hingga bertengger di rimbun rambutnya.

Landahur merasa dilecehkan. Ia mengamuk dengan kepalanya. Pangeran Banuaju segera melesat turun secepat beliung dan menancapkan peniti emas tepat di mata kiri Landahur. Landahur mengerang, seperti lolong anjing. Landahur memegang mata kirinya. Darah merembes di mata kiri Landahur.

“Akh!”

Landahur roboh. Tubuh besarnya menghempas pohonan. Ia mengerang kesakitan. Sementara Puteri Jenang merasa tenang menyaksikan Landahur tumpas oleh kekasihnya. Malam bergemuruh, seusai itu segala isi bumi menjadi bisu. Puteri Jenang menyaksikan bulan.

(Guluk-Guluk, 2011)
*)cerita ini adaptasi dari kisah orang-orang dulu dari Desa Banuaju Sumenep Madura.

Biodata:
Mawaidi D. Mas, Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS-UNY. Sekarang giat sebagai penulis Aksara dan gabung dalam Komunitas Rabo Sore Yogyakarta.

Jodhi Yudono | Jumat, 8 Juni 2012 | 18:34 WIB | Kompas