Minggu, 16 Desember 2012

Internet Indonesia Lambat


Anak-anak mengakses internet di salah satu rumah di Kampung Siber yang berada di RT 36, Kampung Taman, Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta

JAKARTA - Dari 63 juta pengguna internet di Indonesia --yang diketahui lewat survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) selama April-Juli 2012-- sebagian besar atau sekitar 73 persen disebutkan mengakses internet menggunakan perangkat mobile.

Ketua Umum APJII Sammy Pangerapan pun mengatakan bahwa perangkat mobile berandil besar meningkatkan jumlah pengguna internet di Indonesia dari 30 juta orang pada 2009 menjadi 55 juta orang pada 2012.

Akan tetapi, peralihan tahun berikutnya dari 2011 ke 2012 hanya mencatat kenaikan jumlah pengguna internet sebesar 8 juta orang menjadi 63 juta.

Menurut Sammy, hal tersebut disebabkan oleh semakin padatnya jaringan seluler 3G yang digunakan perangkat mobile untuk mengakses internet.

"Tahun 2012 sudah banyak smartphone, tapi pertumbuhan melambat dibanding tahun-tahun sebelumnya karena spektrum sudah saturated, tidak bisa dipaksakan," ujar Sammy dalam acara APJII Internet Outlook 2013 di Jakarta, Rabu (12/12/2012).

Agar laju pertumbuhan penetrasi internet di Indonesia bisa dipertahankan, lanjut Sammy, pemerintah harus menyediakan jalur tambahan antara lain melalui kanal 4G LTE, Wimax, dan Fiber to the Home (FttH).

Hal lain yang juga perlu dilakukan adalah bermigrasi dari Internet Protocol Version 4 (IPv4) ke IPv6.

Dari sisi operator, menurut dia, salah satu cara untuk mengatasi kepadatan ini adalah dengan menyelenggarakan offload beban jaringan mobile ke WiFi melalui kerjasama dengan provider internet.

"Yang paling penting itu adalah last mile. Biaya akses antar pelanggan dan operator yang menyelenggarakan akses internet masih mahal," tandas Sammy.

PC Belum Tamat
Meski tertinggal dibanding ponsel, berdasarkan survei APJII, jumlah pengguna internet Indonesia yang mengakses jejaring maya lewat komputer PC ternyata masih terhitung tinggi, yaitu 41 persen. Angka ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan tablet yang mencatat angka 3,4 persen.

Notebook dan netbook menjadi terbanyak kedua dalam hal perangkat yang dipakai untuk akses internet dengan angka gabungan 51 persen, sementara urutan pertama ditempati smartphone dengan 70 persen.

"Persentasenya seperti itu karena dalam survei pengguna bisa memilih lebih dari satu perangkat apabila memilikinya dan mengakses internet dari situ," jelas Kepala Departemen Pendaftaran Internet Nasional APJII Valens Riyadi.

"Jadi kalau kita dengar soal post-PC device mungkin nanti akan seperti itu, tapi di Indonesia belum," ujar Valens.

Dari sisi demografis, pengguna internet di Indonesia didominasi oleh kaum muda berusia 12-34 tahun yang mencakup 64,2 persen dari jumlah pengguna. Pengguna tertinggi berada pada kelompok usia 20-24 tahun yang mencapai 15,1 persen dari total populasi.

Sebanyak 53,3 persen pengguna internet Indonesia merupakan kaum pekerja, disusul pelajar sekolah (16,6 persen) dan ibu rumah tangga (15,3 persen). Mahasiswa dengan angka 9 persen menempati urutan ke empat sementara pengguna yang belum bekerja sekitar 5,8 persen.

Editor : Sudarwan
Sumber : Kompas.com
Sriwijaya Post - Kamis, 13 Desember 2012

Sepertiga Orang Berjalan Sambil Menggunakan Telepon

Hampir sepertiga pejalan kaki menyeberang jalan sambil menggunakan telepon genggam, seperti terungkap dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat.

Dari 1.000 orang yang menyeberang jalan di Seattle, sekitar 10% mendengarkan musik, 7% mengirim atau membaca pesan, dan 6% melakukan pembicaraan telepon.

Penelitian yang dimuat di jurnal Injury Prevention itu menyebutkan bahwa pengguna pesan empat kali lebih tinggi untuk mengabaikan lampu merah atau melihat ke kiri dan ke kanan sebelum menyeberang.

Dan para pengguna teks itu juga lebih lambat sekitar dua detik untuk menyeberang jalan yang terdiri dari tiga sampai empat jalur.

Sementara mereka yang mendengarkan musik berjalan lebih cepat saat menyeberang namun mereka cenderung lebih sedikit melihat ke dua arah jalan sebelum melintas.

"Pada akhrinya perubahan sikap dan perilaku dari pejalan kaki -dengan upaya yang sama terhadap pengemudi yang mabuk- menjadi hal penting dalam mengurangi risiko penggunaan peralatan genggam," tutur laporan tersebut.

Jangan terganggu
Kevin Clinton dari lembaga sosial yang berupaya mengurangi kecelakaan, Royal Society for the Prevention of Accidents, mengatakan melihat dengan benar ketika berjalan kaki sama pentingnya dengan ketika mengemudi.

"Jadi hati-hati agar perhatian tidak terganggu, entah itu karena telepon genggam, mendengar musik, atau berbicara dengan orang lain."

"Menggunakan semua indera saat berada di jalan amat penting dan menggunakan telepon genggam tentu saja mengganggu perhatian. Amat penting untuk sadar penuh ketika berinteraksi dengan lalu lintas," tambahnya.

Departemen Perhubungan Inggris memperkirakan terjadi peningkatan kecelakaan lalu lintas atas pejalan kaki sebesar 5% hingga Juni 2011 jika dibandingkan pada tahun sebelumnya.

Sementara itu Edmund King dari perusahaan jasa perbaikan mobil dan motor, AA, mengatakan kecelakaan karena tidak memperdulikan lingkungan lalu lintas bisa menyebabkan kematian.

"Penelitian itu mengukuhkan bahwa jutaan pejalan kaki, pesepeda, dan menggunakan peralatan genggam bisa menjadi hal yang salah pada waktu yang salah. Pengguna jalan harus mengetahui yang terjadi di sekelilingnya."

Editor : Soegeng Haryadi
Sumber : Tribunnews
Sriwijaya Post - Kamis, 13 Desember 2012

Rabu, 12 Desember 2012

Misteri Gua Puteri Baturaja

Misteri Gua Puteri Baturaja

Lokasinya memang agak tersembunyi, namun pendatang baru sekalipun dengan mudah bisa menemukannya. Sebab, warga sekitar gua akan dengan senang hati mengantar. Apalagi, Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu sudah membangun jalan beton yang mengarah ke mulut gua. Jalan selebar 1-2 meter itu cukup lapang untuk dilalui.

Memasuki gua tersebut tidak perlu memiliki keahlian khusus layaknya penelusur gua. Pintu gua cukup lebar dan tinggi sehingga pengunjung tidak perlu menunduk, apalagi merangkak untuk memasukinya. Begitu juga ruangan di dalam gua tersebut. Lebar gua yang bervariasi, 8-20 meter, cukup lapang untuk berjalan-jalan. Jarak antara lantai gua dan langit-langitnya pun lebar, berkisar 2,7-4 meter.

Hanya, meski kondisinya lapang, pengunjung harus berhati-hati saat menapaki lantai gua dan menyusuri rute dari pintu masuk sampai ke pintu keluar. Meski sudah ada lampu penerangan di rute sepanjang 500 meter tersebut, dinding gua yang kelam tidak cukup membantu untuk menerangi isi gua. Selain pencahayaan yang tidak terlalu terang, pengunjung harus berhati-hati. Sebab, di beberapa bagian, jalanan menanjak dengan lantai yang licin.

Begitu memasuki gua tersebut, bau khas kotoran kelelawar langsung menyambut. Tidak perlu kaget jika tiba-tiba beberapa ekor binatang malam itu melintas. Pada langit-langit, ratusan kelelawar bergelantungan dengan kepala di bawah.

Semua tantangan perjalanan dan sambutan itu terbayar ketika memasuki bagian tengah gua. Beragam bentuk batuan, termasuk stalagtit dan stalagmit seakan menembus lantai dan langit-langit gua. Belum hilang kekaguman menyaksikan benda-benda bentukan alam tersebut, telinga sudah terbuai dengan suara gemericik air dari bagian tengah gua.

Suara itu berasal dari sungai bawah tanah di gua tersebut. Sungai tersebut merupakan aliran anak Sungai Semuhun yang selanjutnya bertemu dengan Sungai Ogan. Meski berada di dalam gua, sungai itu cukup besar. Lebar badan sungai tersebut bervariasi, 8-12 meter. Konon, warga sekitar meyakini bahwa sungai di dalam gua itu dulu adalah pemandian bagi para putri kerajaan. Ada juga yang mempercayai bahwa air sungai tersebut mengandung khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

Hanya dengan membasuh muka dengan air sungai tersebut, warga sekitar yakin bisa awet muda. Remaja yang belum mendapatkan jodoh juga bisa mencoba khasiat air sungai itu yang disebut-sebut bisa mengentengkan jodoh. Dugaan bahwa Gua Puteri pernah menjadi hunian manusia prasejarah didasari penelitian pada 2005. Balai Arkeologi Palembang menemukan jejak-jejak budaya prasejarah pada kedalaman tertentu.

Beberapa diantaranya pecahan gerabah, tulang binatang, bahkan tulang manusia. Juga ditemukan beberapa perkakas kuno, seperti batu pukul, batu pahat dan kapak batu. Temuan-temuan itulah yang mengarah pada dugaan bahwa gua tersebut pernah dihuni manusia.

Dugaan tersebut diperkuat hasil penelitian tim Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslitbang Arkenas) yang dipimpin Prof Truman Simanjuntak pada awal 2009. Penelitian tersebut dilakukan di Gua Harimau yang lokasinya berdekatan dengan Gua Putri. Di Gua Harimau, tim itu menemukan empat kerangka manusia yang berdasar ciri-cirinya berasal dari zaman neolitikum. (net)

Palembang Post, Kamis, 21 Juni 2012